Pembelajaran merupakan salah satu proses mentransfer ilmu
pengetahuan melalui suatu media. Media dalam pembelajaran beraneka ragam
seperti misalnya guru, buku, atau pun media yang sudah canggih seperti media
elektronik (komputer, internet, LCD, televisi, ebook,dan lain-lain). Baik
prestasi belajar siswa ataupun motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai
hal seperti pendidik, sarana prasarana, kemauan dan kemampuan individualnya
masing-masing dan lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah termasuk didalamnya
adalah lokasi sekolah peserta didik dan sarana prasarana mempunyai pengaruh
besar dalam prestasi belajar siswa. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa sarana
prasarana dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi prestasi belajar
siswa tersebut.
Teknologi Informasi dan Komunikasi selanjutnya disingkat (TIK) telah berkembang sangat pesat dan telah memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran. Pemanfaatan dan pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dikenal dengan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Melalui fasilitas yang disediakan oleh sistem tersebut, guru dan siswa dapat mengeksplorasi dan mengelaborasi kegiatan belajar dan mengajar secara efektif dan efisien (Kristiawan, 2014). Komputer merupakan salah satu alat dalam TIK yang mempunyai banyak kelebihan, termasuk bila dimanfaatkan dalam pembelajaran. Pemanfaatan komputer dalam pembelajaran memungkinkan peserta didik melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi, mengolah hasil belajar, bahkan mengkreasikan hasil belajar agar menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga dengan pembelajaran berbasis TIK ini kegiatan pembelajaran akan semakin berkembang. Pendidikan formal baik di kota-kota besar maupun di daerah-daerah terpencil, seharusnya mempunyai kualitas yang sama, karena tujuan dari pendidikan baik di sekolah-sekolah yang letaknya di daerahdaerah terpencil ataupun di kota sekalipun sama, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi merupakan suatu permasalahan yang besar saat pendidikan di kota lebih maju di banding pendidikan (sekolah) yang di daerah terpencil.
Pendidikan yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan bangsa,
tentulah harus di ciptakan terlepas dari permasalahanpermasalahan yang ada. Hal
yang sering menjadi kendala besar dalam permasalahan kemerataan pendidikan ini
adalah seperti adanya gep (jarak) antara pendidikan di kota dan pendidikan di
desa (daerah terpencil) baik dari hal kualitas, mutu luaran pendidikannya, proses
pembelajaran ataupun sarana prasarana. Pada dasarnya setiap sekolah tentu punya
cara tersendiri untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya, begitupun
pemerintah. Pemerintah ikut andil besar dalam kualitas pendidikan, oleh karena
itu baik antara pemerintah dan sekolah harus ada kerja sama yang sinergis untuk
menciptakan pendidikan yang berkualitas, dan menghilangkan gep antara sekolah
yang berada di daerah terpencil dengan sekolah yang berada di daerah perkotaan.
Adanya marginalitas atau ketidakmerataan pendidikan antara sekolah yang berada
di daerah terpencil dan sekolah di perkotaan ini tentunya harus di hilangkan.
Program pemerintah yang saat ini mulai memperhatikan dunia pendidikan melalui
program kerjanya seperti misalnya menambah anggaran pendidikan, memberikan
sarana dan prasarana sehingga pendidikan dapat merata baik bagi sekolah kota
maupun sekolah desa, peningkatan mutu pengajarnya dan lain-lain. Diharapkan
mampu menghilangkan gep antara pendidikan kota dan desa.
PEMBAHASAN
Menurut
Ngalim (1986: 85) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dan
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Sedangkan menurut Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan
“Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Menurut Muhibin (1995:94)
Perubahan dan kemampuan untuk merubah merupakan batasan dan makna yang
terkandung dalam belajar. Karena kemampuan barunahlah, manusia terbebas dari
kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan
berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi,
memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Dalam
buku strategi belajar terpadu (Hardini dan Puspitasari, 2011) belajar pada
dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat
pengalaman yang berasal dari lingkungan. Dari beberapa definisi belajar diatas
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses berfikir, perubahan baik
sikap, tingkah laku yang dapat membentuk suatu pengetahuan, kebiasaan
kepandaian ataupun akan membentuk suatu pengalaman. Belajar sangatlah penting,
setiap manusia perlu dan harus belajar karena manusia sebagai khalifah dimuka
bumi mempunyai kewajiban untuk dapat mengembangkan, mengolah, membangun dan
mengeksplorasi dunia ini. Tanpa belajar semua itu mustahil , manusia tidak akan
memiliki dan tidak dapat melakukan apapun tanpa belajar.
Adapun
tahapan–tahapan dalam proses belajar menurut Jerome S. Bruner, yang dikutip
oleh Muhibin (1995:112) proses pembelajaran siswa meliputi tiga fase
diantaranya:
a. Fase
informasi (tahap penerimaan materi)
b. Fase
Transformasi (tahap pengubahan materi)
c. Fase Evaluasi (tahap penilaian materi) Fase
informasi, diantara informasi yang diperoleh ada yang sama sekali baru dan
berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam
pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
Fase
transformasi, informasi yang telah diperoleh dianalisis, diubah dan di
transformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada
gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas Fase evaluasi, seorang
siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan (informasi yang
telah ditransformasikan tadi) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala
lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Selain
dari yang telah di jelaskan diatas mengenai definisi belajar, proses belajar
dan tahapan–tahapan belajar, ada beberapa hal yang mempengaruhi belajar menurut
Muhibbin (1995:132) secara global, faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
di bedakan nmenjadi tiga macam, yaitu: 1. Faktor internal (faktor dari dalam
diri siswa) 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) 3. Faktor pendekatan
belajar Faktor internal (faktor dalam diri siswa) merupakan keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa. Pada faktor internal ini di bagi lagi kedalam dua
aspek yaitu psikologis dan aspek fisiologis. Aspek psikologis merupakan aspek
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa
yang meliputi intelegensi, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi
siswa. Sedangkan aspek fisiologis yaitu
aspek yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Faktor Eksternal siswa, pada faktor eksternal siswa meliputi dua
macam yaitu faktor dari lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial yang
keduanya sama – sama mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri siswa. Faktor
pendekatan belajar, pada pendekatan belajar ini meliputi strategi, metode dan
segala hal yang berhuibungan dengan proses pembelajaran. Pendekatan belajar ini
merupakan suatu cara atau strategi yang di gunakan siswa dalam menunjang
efektifitas dan efisisensi proses pembelajaran tertentu. Dari beberapa
pengertian belajar diatas menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi
Pendidikan” salah satu faktor yang sangat mempengaruhi prestasi, motivasi dan
hasil belajar siswa adalah media atau sarana prasarana yang mendukung dan
membantu memudahkan proses pembelajaran.
Menurut
Sudjana (2004: 28) pengertian Pembelajaran: “Pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi
kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga
belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.
Menurut Sagala (2009: 61) Pembelajaran adalah membelajarkan “membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan”.Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua
arah. Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik., sedangkan belajar oleh
peserta didik. Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seeorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Teknologi
Informasi Dan Komunikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah sebuah
tempat yang mewadahi semua peralatan teknis yang digunakan dalam proses
penyampaian informasi. Secara lebih terperinci, maka teknologi informasi dan
komunikasi dibagi menjadi dua bagian, diantaranya adalah teknologi informasi
serta teknologi komunikasi. Teknologi Informasi termasuk beragam hal yang
memiliki hubungan dengan suatu proses, penggunaan alat bantu, memanipulasi
hingga hasil dari mengelola informasi. Sedangkan teknologi komunikasi merupakan
sesuatu yang berhubungan erat dengan cara menggunakan alat bantu guna melakukan
prosedur transfer file atau data dari satu perangkat ke perangkat lain. Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang definisi dari TIK, maka di bawah ini adalah
beberapa pengertian teknologi informasi dan komunikasi menurut para ahli: 1.
Susanto (2002) Susanto menyatakan, bahwa teknologi informasi dan komunikasi
merupakan sarana atau media yang dipakai untuk kebutuhan transfer file, baik
berupa informasi maupun data. Selain itu, juga menjadi sebuah alat komunikasi
secara searah atau dua arah. 2. Martin (1999) Menurut Martin, teknologi
informasi ini tidak hanya tetang software dan hardware yang notabene berfungsi
sebagai pengolah, memproses dan menyimpan informasi saja. Lebih dari itu,
teknologi ini juga mencakup komunikasi yang memiliki peranan sebagai pengirim
informasi.
Oleh
karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknologi informasi dan komunikasi
ini saling berhungan satu sama lain. Dalam dunia pendidikan, teknologi
informasi dan komunikasi memiliki tiga fungsi vital yang mana selalu digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah: 1. Teknologi memiliki
peran fungsi sebagai media atau alat. Dalam dunia pembelajaran, akan digunakan
sebagai sebuah sarana bantu bagi siswa dalam memahami pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Contoh ringannya adalah untuk mengolah angka, kata,
membuat unsur desain grafis, program administratif, database, membuat data
keuangan dan sebagainya. 2. Teknologi memiliki fungsi sebagai ilmu pengetahuan.
Pada bagian ini, teknologi diposisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang
wajib dikuasai oleh para siswa. Contohnya adalah beberapa jurusan di perguruan
tinggi yang khusus mempelajari teknologi informasi dan komunikasi seperti
jurusan informatika dan masih banyak lagi lainnya. Bahkan di dalam kurikulum
belajar terbaru, para siswa dari semua tingkatan maupun jurusan dituntut untuk
menguasai bidang ini. 3. Selain menjadi alat pembelajaran, teknologi juga
memiliki fungsi dan peran sebagai bahan materi. Yang mana teknologi memainkan
peranan sebagai sebuah teori belajar yang harus dipelajari dan juga digunakan
untuk menguasai materi tertentu (dengan bantuan teknologi seperti komputer).
Umumnya, komputer yang akan digunakan siswa akan diatur sedemikian rupa dan
para siswa akan dipandu langkah demi langkah hingga bisa memahami sebuah materi.
Dalam konteks ini, peranan teknologi adalah sebagai mentor bagi siswa (dalam https://jagad.id/pengertian-teknologiinformasi-dan-komunikasi-fungsi-tujuandan-perkembangan/)
Tujuanteknologi informasi dan komunikasi
adalah sebagai solusi sebuah masalah, membuka pintu kreativitas yang lebih
luas, membangun efektivitas dan meningkatkan efisiensi dalam aktivitas kerja.
Dengan kata lain, karena sangat solusi, kreativitas, efektivitas dan efisiesi
sangat dibutuhkan dalam sebuah sistem kerja maka teknologi informasi ini
kemudian diciptakan. Berbicara tentang perkembangan teknologi informasi bisa
dikatakan sangatlah panjang. Contoh Teknologi: Pada masa lalu misalnya, publik
disuguhi dengan adanya penemuan telepon kabel, radio, televisi, kamera dan lain
sebagainya. Di Indonesia sendiri, kemajuan pesat dari teknologi informasi ini
baru dimulai di tahun 1994 silam. Sejak saat itu, teknologi terus berkembang pesat,
salah satunya adalah dengan mulai digunakannya internet. Aspek yang memengaruhi
perkembangan teknologi antara lain adalah infrakstruktur yang memadai. Hingga
saat ini, perkembangan teknologi di Indonesia masih berada dalam masa
perkembangan yang terus berjalan maju. Sehingga bisa dipastikan bahwa di
tahuntahun mendatang publik masih akan terus dikejutkan dengan hadirnya
struktural teknologi yang baru.
Pada
tahun 1970-an, perkembangan teknologi di Indonesia mulai mengalami perkembangan
ke level yang lebih tinggi. Meskipun tidak bisa disamakan dengan negara maju
seperti Amerika Serikat, namun penciptaan dan penggunaan teknologi di Indonesia
sudah berjalan dengan lebih terarah. Pada hari ini, hasil dari perkembangan
tersebut dapat dilihat sendiri dalam berbagai segi kehidupan baik secara
individu maupun kelompok. Meskipun begitu, selain membawa dampak positif berupa
kehidupan atau aktivitas yang serba mudah dan praktis. Namun perkembangan ini
juga membawa dampak negatif, seperti generasi muda khususnya anak-anak yang
menjadi autis dengan fokus terhadap gadget. Oleh sebab itu, di tengah masa
perkembangan teknologi yang kian pesat ini, sudah seharunya Anda menyikapinya
dengan bijak. Hal ini dilakukan demi menghindarkan diri dari dampak yang tidak
diinginkan.
Prinsip-prinsip Perancangan TIK untuk Daerah 3T Belajar dari pengalaman berbagai Negara dalam memanfaatkan TIK untuk daerah terpencil, berikut ini ada beberapa rekomendasi UNESCO yang patut diperhatikan; 1) TIK hendaklah menjadi bagian dari kebijakan rencana pembangunan nasional, 2) kembangkan kerjasama pemerintah dan swasta untuk layanan di pedesaaan, 3) bangun kapasitas bukan hanya infrastrukturnya tetapi juga SDM, 4) program TIK perlu didukung riset teknologi tepat guna, 5) kembangkan layanan dan konten lokal (UNESCO, 2008) Dalam hal pengembangan sistem, studi ASTD (American Society for Training Development) dapat menjadi bahan pertimbangan. Hasil studi ASTD antara lain menyebutkan beberapa faktor berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan sebuah sistem, mencakup; pengetahuan dan kompetensi karyawan internal; perbedaan budaya, gender, dan kesenjangan generasi; perbedaan persepsi tentang sistem; dan dukungan jangka pendek (ASTD, 2010). Studi ini juga memberikan beberapa saran, antara lain; 1) tingkatkan kemampuan dan keterampilan staff, 2) segera komunikasikan segala masalah yang timbul, 3) buat program menjadi sederhana, tidak rumit. 4) pastikan staf lokal memiliki kompetensi yang memadai 5) lakukan riset untuk perbaikan.
Setelah melakukan analisis terhadap kebijakan, kondisi nyata daerah 3T, potensi TIK untuk pendidikan, dan pengalaman-pengalaman negara lain serta rekomendasinya, maka pendayagunaan TIK untuk daerah 3T hendaklah dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip; 1) empowering (pemberdayaan), 2) button up (tumbuh dari bawah), 3) sustainability(keberlangsungan), 4) pendekatan pembelajaran modern, dan 5) partnership (kemitraan). Dari lima prinsip tersebut, secara lebih jelasnya sebagai berikut: Empowering (pemberdayaan) Pemanfaatan TIK untuk wilayah 3T harus dalam rangka memberdayakan potensi daerah setempat. Potensi daerah dalam hal ini sekolah yaitu guru, siswa, kepala sekolah, serta stakeholder pendidikan lainnya. Dengan memberdayakan guru, siswa, dan Kepala Sekolah, maka mereka akan merasa meimiliki dan terlibat untuk menemukan jalan yang terbaik dan tercepat untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Dengan bantuan TIK yang diberikan oleh Kemdikbud hanyalah berupa “kail” dan bukan “ikan”.
Kemdikbud memberikan pelatihan dan pendampingan agar program ini bisa berjalan, namun semuanya hanyalah sebagai pembuka kunci, petunjuk, dan pendorong sehingga mereka dapat mengembangkan dirinya sendiri. Setelah mendapatkan bantuan dan pelatihan, hendaklah komponen sekolah terus merawat dan mengembangkan agar pemanfaatannya dapat terus berlangsung tanpa harus menunggu bantuan atau bimbingan lagi. Dengan pemberdayaann yang hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar, hal ini akan membuka mata bagi masyarakat sekitar dan juga yang lain (pemerintah daerah, lmbag swasta) untuk melakukan yang serupa di tempat lain. Dengan demikian sekolah-sekolah di daerah 3T akan dapat meningkatkan mutu pembelajarannya dan tentu saja diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggit serta memiliki semangat belajar sepanjang hayat.
Buttom up (tumbuh dari bawah) Prinsip kedua adalah tumbuh dari bawah. Setiap program baik dari pemerintah pusat ataupun daerah, hendaknya program tersebut sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Program yang tidak 243 Jaka Warsihna: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Pendidikan di daerah Terpendil, Tertinggal, dan Terdepan (3T) sesuai kebutuhan akan cenderung “mubasir”. Hal ini sering terjadi di manapun, sebab kadang suatu daerah mendapatkan bantuan yang tidak dibutuhkan, yang akhirnya diprogram tersebut bukan saja kurang bermanfaat, bahkan kadang menjadi beban daerah. Untuk itu sudah saatnya, apapun yang program yang akan diberikan kepada daerah termasuk 3T, harus berdasarkan sebuah kajian, apa yang menjadi kebutuhan daerah tersebut. Apabila bantuan tersebut sesuai kebutuhan daerah, maka walaupun program ini inisiatifnya dimulai dari pusat, namun untuk implementasi program sepenuhnya memerlukan kemauan dan kreativitas dari sekolah sebagai pengguna. Program ini diharapkan menjadi “milik” sekolah, dan bukan “milik pemerintah” yang seringkali dijalankan sekedar memenuhi kewajiban.
Oleh karena itu, peran kepala sekolah, guru, siswa, serta tokoh pendidikan setempat menjadi sangat penting. Keterlibatan mereka dalam menjaga, merawat, dan merasa memiliki sangat menentukan keberhasilan program tersebut. Sustainability (keberlangsungan) Prinsip ketiga adalah keberlangsungan. Keberlangsungan suatu program sangat ditentukan oleh berbagai hal. Salah satu yang cukup berperan penting yaitu rasa memiliki dan keterlibatan pihakpihak yang terkena dampak ataupun yang berkepentingan dengan program tersebut. Tidak dipungkiri bahwa banyak program inisiatif yang bagus yang terhenti di tengah jalan. Oleh karena itu, dengan prinsip pertama dan kedua (pemberdayaan dan tumbuh dari bawah) sebagaimana disebutkan di atas, diharapkan program ini dapat berlangsung dengan atau tanpa intervensi pemerintah pusat. Dengan pelatihan dan pendampingan sementara dapat menjadi wahana transisi pengelolaan program. Dengan pelatihan diharapkan semua pihak yang akan memanfaatkan TIK untuk pembelajaran akan merasa bahwa program tersebut membantu memecahkan permasalahan pembelajaran yang selama ini dirasakan, bahkan diharapkan juga mempermudah dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran modern Prinsip keempat, penerapan strategi pembelajaran modern. Semua orang mengetahui bahwa kehadiran TIK dalam kehidupannya dapat mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan yang dilakukan. Demikian juga kehadiran TIK dalam pembelajaran, diharapkan TIK dapat mempermudah guru dalam tranfer pengetahuan dan mempermudah siswa dalam belajar. Bahkan beberapa hasil penelian menunjukkan bahwa kehadiran TIK di sekolah dapat mendorong motivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk itu Kemdikbud harus memberikan TIK kepada seluruh sekolah tidak terkecuali sekolah di daerah 3T, sebagai prinsip penting yang perlu diperkenalkan pendayagunaan TIK sejak dini. Hal ini perlu untuk menghindari penggunaan TIK sekedar menggantikan papan tulis. Survey online yang dilakukan pada portal Rumah Belajar pada bulan November 2012, dari lebih dari 6000 responden, sebanyak 62% mengakui bahwa penggunaan TIK saat ini masih terbatas hanya sebagai media presentasi. Aktivitas pembelajaran masih berorientasi kepada guru dengan sebagian waktu dihabiskan untuk ceramah (70%). Strategi pembelajaran siswa aktif (active learning) dan pembelajaran berorientasi kepada siswa (student center) sebagai ciri pendekatan pembelajaran modern masih belum diterapkan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Ini artinya pemanfaatan TIK bagaikan kehadiran teknologi modern di kelas kuno. Pembelajaran modern atau sering juga disebut sebagai pembelajaran abad 21 meniliki 6 dimensi, yaitu; kolaborasi, pembangunan pengetahuan, mandiri, pemecahan masalah nyata, pemanfaatan TIK untuk belajar, dan pengembangan keterampilan berkomunikasi (Shear, 2013).
Partnership (kemitraan). Prinsip kelima, kemitraan baik antara sekolah dengan para tokoh masyarakat setempat, swasta, pemerintah daerah, serta dengan lembaga swadaya masyarakat. Perlu disadari bahwa tidak ada suatu program yang dapat berjalan sendiri yang dilakukan oleh suatu lembaga. Perlu melibatkan berbagai pihak agar keberhasilannya dapat lebih cepat dan efisien. Apalagi 244 Jurnal Teknodik Vol. 17 - Nomor 2, Juni 2013 saat ini di era desentralisasi, di mana setiap daerah tingkat dua berhak mengatur demi kemajuan daerahnya. Meskipun dalam kenyataan banyak daerah yang belum berhasil membangun secara merata. Untuk itu bantuan Tik untuk daerah 3T agar terus bergulir dan berkembang dengan dukungan dari berbagai elemen masyarakat secara luas. Namun demikian, kemitraan perlu dirancang secara baik sehingga semua pihak yang terlibat dapat memberikan konstribusinya semaksimal mungkin.
Dari uraian di atas, tampak jelas bahwa pemanfaatan TIK untuk pendidikan di daerah 3T memerlukan metode khusus sesuai dengan karakter daerahnya. Model pemanfaatannya tidak dapat disamaratakan antara daerah satu dengan lainnya. Hal ini terjadi karena permasalahan setiap daerah tidak sama.
Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi pemanfaatan TIK untuk pendidikan di daerah 3T maka perangkat yang diperlukan antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bagi daerah yang belum memiliki listrik; Parabola dan pesawat televisi untuk menangkap siaran pendidikan yang disiarkan oleh Televisi Edukasi; Server yang berisi materi-materi pembelajaran yang berupa video, audio, teks, animasi, simulasi, gambar, foto, dll; Laptop dan infocus sebagai sarana pembelajaran dan media pembelajaran; dan Modem untuk akses internet. Agar semua perangkat tersebut dapat bermanfaat secara optimal, maka perlu dilakukan pelatihan. Pelatihan yang diperlukan antara lain: pelatihan operasional dan perawatan alat; pelatihan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran; pelatihan model-model dan strategi pembelajaran berbasis TIK. Guna menjamin keberlangsungan program, perlu dilengkapi dengan pendampingan, monitoring, dan kajian yang berkesinambungan baik jarak jauh maupun kunjungan lokasi. Dengan sistem ini setiap kendala yang dihadapi dapat segera dapat diketahui dan dicarikan solusinya. Bantuan yang diberikan, baik berupa peralatan, pelatihan, maupun pendampingan dimaksudkan sebagai upaya pemberdayaan agar sekolah dapat menjalankan program ini selanjutnya secara mandiri. Saran SDM merupakan faktor penting dan menentukan keberhasilan atau kegagalan program. Untuk itu, pembinaan SDM, baik melalui pendampingan, pelatihan tatap muka, jarak jauh dan pembinaan lainnya perlu dilakukan secara terus-menerus sesuai kebutuhan. Di samping itu, sistem penghargaan atas prestasi yang dicapai harus dikembangkan. Model pemanfaatan TIK untuk pendidikan perlu dikembangkan dan dimodifikasi untuk daerah-daerah 3T lainnya di seluruh Indonesia.Untuk itu, diharapkan Dinas Pendidikan Propinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan program sejenis di tempat masing-masing.
Pendidikan
merupakan tanggungjawab semua unsur masyarakat, terlebih-lebih layanan mereka
yang berada di daerah 3T. Untuk itu, maka kemitraan dan kerjasama antar
berbagai komponen masyarakat, baik dinas pendidikan, perguruan tinggi, lembaga
swadaya masyarakat, dan sektor swasta perlu dijalin secara harmonis guna
mendukung suksesnya program ini. Demikian juga, tokoh-tokoh masyarakat setempat
perlu terlibat untuk mendukung program ini.
Komentar
Posting Komentar